Langsung ke konten utama

Laporan Praktikum "Pemisahan Pigmen Menggunakan Teknik Kromatografi"


PEMISAHAN PIGMEN MENGGUNAKAN TEKNIK KROMATOGRAFI

(Separation of Pigment using Chromatography Techniques)

ABSTRACT

Pigments in plants have various types that have an influence on photosynthesis in plants. Chlorophyll is a pigmen used in the process by converting energy from the sun to chemical energy. In the practicum of the first agrobioscience course at the Agrotechnology Laboratory of the University of Jember with the aim of providing knowledge about various kinds of color pigments in the leaves and about their properties from these types of pigments. In practicum using various types of croton leaves (croton green, yellow and red) as an ingredient in knowing the types of pigments present in leaves and other materials used such as alcohol, filter paper, mortar and other supporting tools. To find out the pigments in the leaves, this practicum uses Chromatography Techniques with specified work steps. Chromatography is a technique that separates various pigments in leaves. Of the various croton leaves observed, various types of pigments contained therein are chlorophyll-a, chlorophyll-b, anthocyanin, and xanthophyll pigments which can be observed qualitatively by looking at the color of the pigments that degrade on filter paper. This filter paper degrades color due to the treatment of chromatographic techniques by separating pigments from one another. This separation is due to the events of capillarity and solubility. The results of the chromatographic technique the separation of these pigments can obtain the Rf value which is the comparison value of the distance to move the solute to the distance of moving the solvent during the same time. Of the various groups and croton leaves used in each group showed different Rf yield values and each red, green and yellow croton leaves had pigments which were not necessarily the same for each type.
Keywords: Leaf Pigment; Chromatography; Croton

ABSTRAK

Pigmen pada tumbuhan terdapat berbagai macam jenis yang memiliki pengaruh terhadap proses fotosintesis pada tumbuhan. Klorofil merupakan suatu pigmen yang berperan pada proses fotosintesis dengan menyerap lalu mengubah energi dari matahari menjadi energi kimia. Pada praktikum matakuliah agrobiosains yang pertama ini di lakukan di Laboratorium Agroteknologi Universitas Jember dengan tujuan memberi pengetahuan tentang berbagai macam-macam pigmen warna pada daun dan tentang sifat-sifatnya dari macam pigmen tersebut. Pada praktikum menggunakan berbagai jenis daun puring (puring hijau, kuning dan merah) sebagai bahan dalam mengetahui macam pigmen yang ada terkandung dalam daun dan alat bahan lain yang digunakan seperti alkohol, kertas saring, mortar dan alat pendukung lainnya. Untuk mengetahui pigmen-pigmen yang ada pada daun, pada praktikum ini menggunakan Teknik Kromatografi dengan langkah-langkah kerja yang ditentukan. Kromatografi yaitu suatu Teknik yang memisahkan berbagai pigmen pada daun. Dari berbagai daun puring yang diamati mempunyai berbagai macam pigmen yang terkandung didalamnya yaitu pigmen klorofil-a, klorofil-b, antosianin, dan xanthofil yang dapat teliti secara kualitattif dengan melihat warna pigmen yang berdegradasi pada kertas saring. Kertas saring yang berdegradasi warna ini disebabkan perlakuan Teknik kromatografi dengan memisahkan pigmen satu dengan yang lain. Pemisahan ini disebabkan adanya peristiwa kapilaritas dan solubilitas. Hasil dari Teknik kromatografi pemisahan pigmen ini dapat memperoleh nilai Rf yaitu nilai perbandingan jarak pindah zat terlarut terhadap jarak pindah pelarut selama waktu yang sama. Dari berbagai kelompok beserta daun puring yang digunakan setiap kelompok menunjukkan nilai hasil Rf yang berbeda-beda dan setiap daun puring baik merah, hijau dan kuning memiliki pigmen yang belum tentu sama pada setiap jenisnya.
Keywords: Pigmen daun; Kromatografi; Puring.

PENDAHULUAN

Semua tanaman atau tumbuhan memiliki kandungan klorofil yang berwarna hijau, namun kandungan klofil setiap daun berbeda-beda. Klorofil salah satu bagian mendukung terjadinya proses fotosintesis pada daun. Fotosintesis membutuhkan klorofil, karena klorofil sangat berguna dan berfungsi untuk proses penyerapan energi cahaya matahari agar proses fotosintesis dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat menghasilkan karbohidrat yang baik untuk perkembangan tanaman. Tumbuhan atau tanaman memiliki pigmen yang merupakan zat pewarna daun yang terdapat pada tanaman atau tumbuhan dan kandungan pigmen yang berada pada masing-masing daun jelas berbeda. Perbedaaan dapat diperoleh dari kekayaan klorofil memanen cahaya matahari. Salah satunya yaitu tanaman puring. Tanaman puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph. ex A. Juss) merupakan tanaman hias yang memiliki nilai jual tinggi. Tanaman puring memiliki bentuk, warna, dan corak daun yang sangat beragam. Bentuk dan warna yang khas dan berwarna-warni mampu memkat konsumen untuk mengoleksi tanaman ini. Selain itu, tanaman puring bermanfaat sebagai tanaman obat dan dapat menyerap unsur timah hitam yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor (2,05 mg/lt) (Andreastuti dkk., 2015). Pigmen merupakan kumpulan zat warna yang memberi warna pada suatu bahan secara keseluruhan (Wiranto dan Tim Lentera., 2004). Pigmen yang terkandung dalam tanaman yaitu karoten, klorofil dan flavonoid. Klorofil merupakan pigmen hijau yang mengandung magnesium ion di tengah lingkaran porpirin. Struktur klorofil terdiri atas klorofil a, klorofil b, klorofil c1, klorofil c2 dan klorofil d, namun pada tanaman hanya terdapat klorofil a dan b (Hussain and Reigosa, 2015).
Klorofil atau pigmen utama tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai food suplement yang dimanfaatkan untuk membantu mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas, detoksifikasi, meredakan radang (inflamatorik) dan menyeimbangkan sistem hormonal. Klorofil merupakan pigmen fotosintesis yang terdapat dalam daun pada tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Klorofil terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses reduksi dalam fotosintesis (Atmanegara dan Sukojo, 2013). Warna hijau pada daun disebabkan pigmen kloroplas. Pigmen kloroplas menyerap warna biru dan merah. Kedua warna tersebut merupakan warna paling efektif untuk tanaman melakukan fotosintesis. Sementara itu pigmen ini meneruskan warna hijau sehingga daun tampak berwarna hijau (Campbell et al, 2002). Warna merah pada tanaman dihasilkan oleh dua tipe pigmen yaitu anthosianin dan betasianin. Pigmen ini terletak di vakuola dan memiliki peranan dalam reproduksi tanaman yaitu menarik polinator melakukan penyerbukan di bunga. Anthosianin merupakan pigmen tipe flavonoid, memungkinkan berwarna merah muda, merah, mauves, dan biru pada bunga dan buah ( Sakuta, 2014).
Kromatografi merupakan teknik pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih. Cara pemisahan dengan absorbsi lapisan tipis yang sekarang dikenal dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Pemisahan pigmen warna dengan teknik kromatografi pada daun puring dibedakan menjadi 3 yaitu daun puring merah, hijau dan kuning (Paransa dkk., 2014). Menurut Indriatmoko et al., (2014), kromatografi cair kinerja tinggi telah umum digunakan sebagai metode pemisahan dan identifikasi pigmen fotosintetik seperti klorofil dan karotenoid karena keunggulan seperti kecepatan, resolusi tinggi dan kepekaan. Teknik ini pemisahan tinggi sangat bergantung pada jenis material kolom.
BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemisahan pigmen dengan teknik kromatografi yaitu daun puring (kuning, hijau dan merah), gelas ukur, gunting, alkohol 96%, kertas saring (3 x 15 cm), pipet, mortir dan pestelnya serta timbangan. Setelah alat dan bahan terkumpul maka langkah kerja yang dilakukan yaitu: 1). Menyiapkan kertas saring dengan ukuran tertentu (3 x 15) cm; 2). Menggerus daun sebanyak 0,5 -1,0 gram menggunakan mortar (untuk mempermudah penggerusan ditambahkan pasir quarza); 3). menambahkan 5 ml alkohol 96% kedalam gerusan daun, penggerusan dilanjutkan sampai semua pigmen terlarut dalam alkohol sampai ekstrak terlihat hijau; 4). Memasukkan ekstrak ke dalam tabung mikro (2 ml), lalu disentrifugasi beberapa saat sampai terjadi endapan atau pelet; 5). Mengambil supernatan yang berwarna hijau dan memasukkan ke dalam tabung mikro yang baru; 6). Meneteskan ekstrak pada kertas saring menggunakan pipet paster secara perlahan, mengulangi penetesan beberapa kali setelah ekstrak kering; 7). Memasukkan kertas saring ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 10 ml etanol 96 %; 8). Membiarkan kertas saring tergantung untuk beberapa lama sampai terlihat pemisahan pigmen yang terkandung di dalamnya; 9). Mengamati pemisahan pigmen pada kertas sampai pelarut hampir mencapai ujung kertas bagian atas; 10). Mengambil kertas saring lalu mengukur jarak masing-masing pigment dengan penggaris, menghitung nilai Rf masing-masing pigmen (Paling sedikit akan diperoleh 3 macam pigmen yaitu klorofil-a berwarna hijau; klorofil-b berwarna hijau-biru dan karotenoid berwarna kuning sampai jingga).
Variabel pengamatan pada pemisahan pigmen menggunakan teknik kromatografi ini yaitu menggunakan warna yang muncul pada kertas saring. Apabila berwarna hijau kebiruan maka mengandung Klorofil-A, apabila berwarna hijau maka mengandung Klorofil-B, apabila berwarna orange maka mengandung karotin, apabila berwarna kuning mengandung xanthofil dan apabila berwarna merah mengandung antosianin. Analisis yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu analisis deskriptif dengan cara mengamati hasil warna pada kertas saring kemudian menentukan warna dan kandungan pigmen, kemudian diukur menggunakan penggaris untuk mengetahui nilai pF pada masing-masing pigmen warna dilakukan dengan cara panjang warna yang dihasilkan dibagi dengan panjang etanol paling atas.
HASIL
Tabel 1. Kandungan Pigmen pada Daun Puring
No.
Daun
Pigmen
Rf
1
Daun Puring Hijau
a. Xanthofil
b. Klorofil-a
c. Klorofil-b
a. 0,11
b. 0,23
c. 0,17
2
Daun Puring Hijau
a. Klorofil-b
a. 0,43
3
Daun Puring Kuning
-
-
4
Daun Puring Kuning
a. Xanthofil
a. 1
5
Daun Puring Merah
a. Klorofil-a
b. Klorofil-b
c. Xanthofil
a. 0,19
b. 0.38
c. 0.23
6
Daun Puring Merah
a. Klorofil-a
b. Antosianin
a. 1,6
b. 0,4

PEMBAHASAN
   Praktikum pada acara satu membahas mengenai pemisahan zat-zat warna pada daun tumbuhan puring bewarna merah, kuning dan hijau secara kromatografi. Kromatografi yang digunakan berupa kromatografi kertas. Pemisahan zat menggunakan tehnik kromatografi dibedakan menjadi interaksi sampel dengan fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam merupakan cair yang didukung dengan padat inert seperti selulosa dan fasa gerak merupakan cair misalnya air, alcohol dan lainnya. Kecepatan bergerak suatu komponen dalam campuran senyawa tergantung pada kelarutannya dalam fasa diam. Senyawa- senyawa yang lebih larut akan bergerak lebih lambat daripada senyawa yang kurang larut (Dwiarso, 2017)
   Menurut Dwiarso (2017) proses dalam mekanisme pemisahan dibagi menjadi dua macam yaitu adalah peristiwa kapilaritas dan solubilitas. Pertama merupakan peristiwa kapilararitas adalah pergerakan cairan diantara ruang dalam material berpori oleh adanya gaya adhesi, kohesi dan tegangan permukaan. Tehnik kromatografi kertas cairan dapat naik ke atas karena gaya kapilaritas lebih besar daripada gaya gravitasi yang menahannya. Kedua merupakan solubilitas adalah suatu derajat atau ukuran di mana suatu zat (solute) dapat terlarut dalam pelarut (solven). Solute dapat terlarut dalam solven karena adanya kesamaan sifat (like dissolve like).
   Berdasarkan hasil penelitian pemisahan pigmen menggunakan tehnik kromatografi diperoleh hasil kandungan yang berbeda-beda pada setiap daunnya. Kandungan pada daun puring hijau pada kelompok satu menunjukkan pigmen yang dihasilkan berupa xanthofil, klorofil –A, klorofil –B. Kelompok dua yang menggunakan daun puring hijau hasil yang didapatkan berbeda dengan kelompok sebelumnya pigmen yang dihasilkan hanya berupa klorofil –B saja.  Kelompok tiga menguji kandungan pigmen daun puring kuning diperoleh hasil yang tidak memiliki pigmen. Kelompok empat yang menguji kandungan pigmen pada daun puring kuning menghasilkan pigmen xanthofil. Kelompok lima menguji kandungan daun puring merah dan dihasilkan pigmen berupa pigmen klorofil-a, klorofil-b dan xanthofil. Kelompok enam menguji kandungan daun puring merah dan dihasilkan pigmen yang sedikit berbeda dari kelompok sebelumnya yaitu berupa klorofil-A dan antosianin.
   Menurut Simarmata (2002) Hasil penelitian teknik kromatografi juga dihasilkan nilai Rf. Nilai Rf sendiri merupakan rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang sama. Nilai Rf dapat dihitung dengan menggunakan rumus Rf= jarak yang ditempuh oleh komponen/ jarak yang ditempuh oleh permukaan larutan. Berdasarkan hasil praktikum sebelumnya nilai Rf yang diperoleh oleh kelompok satu yaitu xanthofil 0,11 cm klorofil–A 0,23 cm dan klorofil –B 0,17 cm. Hasil pengujian kelompok dua didapatkan hasil berupa klorofil–B 0,43 cm. Hasil pengamatan kelompok tiga tidak ditemukannya pigmen warna sehingga nilai Rf tidak daapt dihitung. Hasil pengujian kelompok empat dihasilkan xanthofil 1 cm. Hasil pengujian kelompok lima dihasilkan klorofil–A dengan 1/5,2= 0,19 cm lalu klorofil–B dengan 2/5,2= 0,38 cm kemudian xanthofil 1,2/5,2=0,23 cm. Hasil pengujian kelompok enam diperoleh hasil klorofil –A 1,6 cm dan antosianin 0,4 cm
   Pigmen yang dihasilkan dari pengujian tehnik kromatografi pada daun puring dihasilkan berbagai pigmen. Pigmen tersebut dihasilkan dari plastid hijau yang disebut kloroplas. Kloroplas mengandung klorofil, organ yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Klorofil dibedakan menjadi dua macam yaitu klorofil–A (C55H70O6N4Mg) dan klorofil–B (C55H72O5N4Mg). Klorofil memiliki sifat bisa menerima dan mengembalikkan sinar dalam bentuk gelombang yang berlainan atau fluoresensi. Klorofil–A umumnya bewarna hijau tua, klorofil–B bewarna hijau muda setelah adanya proses fluoresensi klorofil–A tampak bewarna merah darah sedangkan klorofil–B tampak bewarna merah cokelat (Wijayanti, 2008). Zat hijau daun atau pigmen daun hanya dapat dilarutkan dengan turunan alkohol.
   Plastida jika diteliti lebih jauh dengan menggunakan mikroskop tampak fisiknya berbentuk seperti bulatan-bulatan kecil dengan aneka variasi bentuk. Jenis , jumlah dan lokasi pigmen yang mempengaruhi warna tanaman. Perbedaan yang terlihat seperti bahan praktikum berupa daun puring yang memiliki corak beragam. Kelainan yang dihasilkan dari kekurangan klorofil yang cenderung terpusat di tengah sepanjang daun utama disebut centered. Kelainan klorofil seperti tersebar di seluruh permukaan daun dalam lingkaran-lingkaran kecil disebut dengan pola mottled dan blotched. Kelainan yang terakhir dicirikan dengan keberadaan klorofil dan antosianin tersebar merata dengan pola acak dinamakan splash (Wijayanti, 2008).
   Diketahui bahwa plastid mengandung lebih dari 35 hingga 600 kloroplas. Plastid hijau yang banyak diketahui oleh masyarakat sebenarnya juga memiliki plastid warna yang berbeda. Warna yang berbeda tersebut berupa merah, ungu atau biru pada bagian daun dan bunga yang dihasilkan dari hasil kerja pigmen warna berupa antosianin. Zat warna pada tanaman berkumpul di dalam larutan pengisi sel pada vakuola. Antosianin sendiri merupakan golongan dari senyawa glikosida. Proses secara alami bahwa bunga yang tumbuh di dataran tinggi memiliki jumlah antosianin yang lebih tinggi daripada yang di tanam pada daerah rendah. Antosianin sama seperti dengan pigmen yang lain berperan dalam aktivitas penangkapan cahaya matahari (Wijayanti, 2008).
   Pigmen lainnya yaitu berupa plastid kuning dan jingga yang biasanya banyak diketahui dengan nama kromoplas. Bagian kromoplas sendiri pada bagian dalamnya terdapat kandungan pigmen karotenoid. Karotenoid merupakan pigmen sebagai pembentuk warna pada buah jeruk dan wortel. Pigmen lainnya yang juga terkandung pada bagian daun seperti feoplas dan redoplas. Feoplas mengandung pigmen fikoxantin pemberi warna cokelat dan redoplas memberikan pigmen fikoeretrin yaitu pemberi warna merah (Wijayanti, 2008).

KESIMPULAN
Hasil penelitian pemisahan pigmen menggunakan tehnik kromatografi pada daun puring merah, kuning dan hijau menunjukkan kandungan klorofil selalu ada pada bagian daun meskipun warna daun yang berbeda-bedaPigmen daun yang banyak ditemukan pada daun puring merah, kuning dan hijau seperti Klorofil–A, Klorofil–B, Xanthofil dan Antosianin.

DAFTAR PUSTAKA
Andreastuti, M.K., A. Purwantoro dan R.H. Murti. (2015). Keragaman Molekuler Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph. ex A. Juss) dengan Penanda RAPD. Vegetalika, 4(2):90-99.
Atmanegara, P dan B.M. Sukojo. 2013. Analisa Perbandingan Kandungan Klorofil Menggunakan Metode MCari dan TCari. Teknik Pomits, 2(1):1-6.
Campbell, N. A., J. B. Reece., and L. G. Mitchell. 1999. Biology. Translated. Lestari, R et al. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Dwiarso R. 2017. Metode Kromatografi. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Hussain, M.I and M.J. Reigosa. 2015. Characterization of Xanthophyll Pigments, Photosynthetic Performance, Photon Energy Dissipation, Reactive Oxygen Species Generation and Carbon Isotope Discrimination during Artemisinin-Induced Stress in Arabidopsis thaliana. Artemisinin and is Phytotoxic Impact, 1:1-21.
Indriatmoko., Y. Shioi., T.H.P. Broyosudarmo and L. Limantara. 2014. Separation of Photosynthetic Pigments byHigh-Performance Liquid Chromatography: Comparison of Column Performance, Mobile Phase, and Temperature. Procedia Chemistry, 14:202-210.
Paransa, D.S.J., K. Kemer., P. Antonius., P. Rumengan dan D.M.H. Mantiri. 2014. Analisis Jenis Pigmen dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pigmen Xantofil pada Alga COklat Sargassum polycystum (C.Agardh). LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 1(1):90-97.
Sakuta, M. 2014. Diversuty in Plant Red Pigments : Anthocyanins and Betacyanins. Plant Biotechnol, 8:37-48.Agrios GN. 1997. Plant Pathology. Ed ke-4. San Diego: Academic Press.
Simarmata L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Winarto W.P dan Tim Lentera. 2004. Memanfaatkan Tanaman Sayur untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Tangerang: AgroMedia.

Wijayanti L. 2008. Trubus Variegata. Jakarta: PT Trubus Swadaya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Lengkap Penulis

Profil Penulis Ada pepatah "Tak kenal maka tak dikenal" mungkin asing bagi kita ya ha ha. Untuk tau lebih detail dari Sang Penulis Sendiri, dilihat berikut Nama lengkap: Mahendra Wahyu Waluyo Jati Nama Panggilan: Hendra Lahir di Banyuwangi, 15 Maret 1999 Alamat tempat tinggal di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Menempuh pendidikan di Universitas Jember pada Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi. Salam kenal ya sobat.

Hama dan Penyakit pada Tanaman Buah Naga

   Seperti halnya tanaman lain, tanaman buah naga juga ada kemungkinan terserang hama dan penyakit. Penyakit yang sering menyerang buah naga sama dengan penyakit pada jenis tanaman kaktus pada umumnya, yakni penyakit yang menyerang batang busuk batang akibat serangan jamur. Oleh karena itu sebelum menyiram kaktus, yang perlu diperhatikan adalah , 80 % dari struktur tana man kaktus adalah air , meskipun demikian tanaman ini tidak tahan air Selaliknya yang terjadi pada jenis kaktus buah naga, tanaman ini justru menyukai air karena petumbuhannya yang lebih cepat dibanding kakrus tanaman hias. Tanaman buah naga tetap hidup dan lumbuh meskipun berbulan-bulan bahkan bertahur- lin terkena guyuran hujan sedangkan kaktus hias lainnya tidak tahan terkena hujan Hama dan penyakit buah naga dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu serangan: 1. Hama semut merah 2. Penyakit jamur 3. Hama bekicot. 5.1. Hama Semut Merah     Hama semut merah merupakan momok yang paling ditakuti o